Halaman

Welcome to my blog !

Selasa, 08 Januari 2013

PERKEMBANGAN FISIK, MOTORIK,KOGNITIF DAN SOSIOEMOSIONAL PADA MASA BAYI



Perkembangan fisik/motorik diartikan sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Ketrampilan motorik kasar diawali dengan bermain yang merupakan gerakan kasar. Pada usia 3 tahun sesuai dengan tahap perkembangan, anak pada umumnya sudah menguasai sebagian besar ketrampilan motorik kasar. Sementara ketrampilan motorik halus baru mulai berkembang, yang diawali dengan kegiatan yang amat sederhana seperti memegang sendok, memegang pensil, mengaduk. Ketrampilan motorik halus lebih lama pencapaiannya dari pada ketrampilan motorik kasar karena ketrampilan motorik halus membutuhkan kemampuan yang lebih sulit misalnya konsentrasi, control, kehati-hatian, dan kondisi otot tubuh yang satu dengan yang lain.

            Ketrampilan motorik anak pada usia 4-6 tahun mempunyai perbedaan dengan orang tua dalam hal :
 (1) cara memegang,
 (2) cara berjalan.
 (3) cara menyepak/menendang.
Pada anak cara mamegang dilakukan dengan asal saja, sedangkan orang dewasa memegang benda dengan cara yang khas, agar dapat dipergunakan secara optimal.     Ketika orang dewasa berjalan, hanya memerlukan otot-ototnya yang diperlukan saja, sedangkan anak-anak berjalan seolah-olah semua tubuhnya ikut bergerak.  Dalam menyepak/menendang, anak-anak menyepak bola diikuti dengan kedua belah tangannya yang ikut maju kedepan secara berlebihan. Masa lima tahun pertama adalah masa emas bagi motorik anak.
            Perkembangan ketrampilan motorik merupakan factor yang sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak secara keseluruhan. Elizabeth Hurlock (1956) mencatat beberapa alas an tentang fungsi perkembangan motorik bagi konstelasi perkembangan individu, yaitu sebagai berikut :
1. Melalui ketrampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang,seperti anak merasa senang dengan memiliki ketrampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat lainnya.
2. Melalui ketrampilan motorik anak dapat beranjak dari kondisi helplessness (tidak berdaya) pada bulan-bulan pertama kehidupannya, ke kondisi  yang independence (bebas tidak bergantung). Anak dapat bergerak dari satu tempat ketempat yang lainnya, dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang perkembangan self confidence (rasa percaya diri).
3. Melalui ketrampilan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah (school adjustment). Pada usia TK atau pra sekolah, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, mewarnai dll.
4. Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayanya,  sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan dikucilkan atau menjadi anak yang fringer (terpinggirkan).
5. Perkembangan ketrampilan motorik sangat penting bagi perkembangan self concept atau kurang konsep diri/kepribadian anak.
 Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus.
a). Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya. Tugas perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh, seperti berlari, berjijnjit, melompat, bergantung, melempar, menangkap, serta menjaga keseimbangan.
b). Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Perkembangan motorik halus anak ditekankan pada koordinasi gerakan motarik halus dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan meletakan atau memegang suatu objek dengan menggunakan jari tangan.
            Dan bayi juga memiliki reaksi-reaksi terhadap perkembangan lingkungannya yaitu
a).  Reaksi Perkembangan bayi Terhadap Orang Dewasa
Reaksi social pertama bayi adalah terhadap orang dewasa karena, secara normal, orang dewasa merupakan hubungan social pertama bayi. Pada masa bayi menginjak usia tiga bulan, mereka memalingkan muka kearah suara maa dan tersenyum membalas senyuman atau berketuk. Bayi mengeksperesikan kegembiraan terhadap kehadiran orang lain dengan tersenyum, menyepakkan kaki, atau melambaikan tangan. Senyuman social, atau senyuman sebagai reaksi terhadap orang yang dibedakan dari senyuman reflek yang timbul olehrabaan pada pipi atau bibir bayi, dipandang sebagai awal perkembangan social.
Pada bulan ketiga, bayi menangis ketika ditinggalkan sendiriran dan mereka berhenti menangis jika diajak berbicara atau dialihkan perhatiannya dengan suara gemerincing atau bunyi alat lainnya. Bayi mengenal ibunya dan orang-orang dekat lainnya dan menunjukkan rasa takut terhadap orang dewasa yang dikenal dengan menangis atau memalingkan muka.
Pada bulan keempat, bayi melakukan penyesuaian pendahuluan kalau akan diangkat, memperlihatkan perhatian yang selektif terhadap wajah orang, melihat ke arah orang yang meninggalkannya, tersenyum kepada seseorang yang berbicara dengannya, memperlihatkan kegembiraan terhadap perhatian pribadi, dan tertawa bila diajak bermain,
Dari umur lima sampai enam bulan, bayi bereaksi secara berbeda kepada senyuman dan omelan, dan dapat membedakan antara suara yang ramah dan suara yang bernada marah. Bayi mmengenal orang yang sudah akrab dengan tersenyum, daakutan memperlihatkan ekspresi ketakutan yang jelas terhdap kehadiran orang yang tidak dikenal. Padausia enam bulan, gerak social mereka semakin agresif. Sebagai contoh, bayi menarik rambut orang yang membopongnya, mencekau hidung dan kacamatanya, dan meraba wajah orang tersebut.
Pada umur tujuh ata Sembilan bulan, bayi berusaha menirukan suara pembicaraan dan juga menirukan perbuatan dan isyarat yang sederhana. Pada umur 12bulan, mereka dapat menahan diri untuk melakukan sesuatu sebagai reaksi atas kata-kata, “jangan-jangan!”. Mereka memperlihatkan ketakutan dan ketidaksukaan kepada orang yang tidak dikenal dengan menghindar dan menangis jika ada orang yang tidak dikenal mendekati mereka. Dari umur 15bulan, bayi memperlihatkan minat yang semakin bertambah terhadap orang dewasa dan keinginan yang kuat untuk berada bersama atau menirukan mereka. Pada umur dua tahun, merekadapaat bekerja sama dengan orang dewasa dalam sejumlah aktivitas sederhana, seperti membantu ketika dimandikan atau dikenakan baju.
Dengan demikian, jelas bahwa dalam jangka waktu yang relative pendek bayi berubah dari anggota kelompok yang pasif, yang menerima perhatian lebih banyak dan memberikan sedikit sebagai balasannya,menjadi anggota ynag aktif yang memprakarsai hubungan social dan berpartisipasi dalam aktivitas keluarga. Mereka telah melewati masa tidak suka bergaul dan tahap social dalam pola perkembangan.
b). Reaksi Terhadap Bayi Lain
Petunjuk pertama yang nyata bahwa bayi memperhatikan bayi lain terjadi antara umur empat dan lima bulan ketika mereka tersenyum kepada bayi lain atau memperlihatkan perhatian pada tangis bayi lain. Hubungan yang ramah diantara bayi biasanya mulai antara umur enam bulan dan delapan bulan yang mencakup melihat, dan meraba bayi lain. Usaha yang seringkali menimbulkan perkelahian. Antara umur Sembilan dan 13 bulan, bayi menyelidiki bayi lain dengan cara menarik rambut atau bajunya, menirukan perilaku dan suara bayi lain, dan untuk pertama alinya memperlihatkan kerja sama dalam penggunaan mainan. Jika sebuah mainandiambil oleh bayi lain, biasanya bayi menjadi marah, berkelahi, dan menangis.
Reaksi social terhadap bayi lain dan anakanak berkembang pesatpada umur dua tahun. Pada umur 12 dan 13 bulan, bayi tersenyum dan tertawa menirukan bayi lain atau anak-anak. Minat mereka berpindah dari mainan ke bayi lain atau anak-anak, perkelahian berkurang dan pada waktu bermain mereka lebih banyak bekerja sama. Pada pertengahan akhir tahun kedua, bayi memandang mainan sebagai alat untuk membina hubungan social. Mereka bekerjasama dengan teman bermain, mengubah perilaku untuk menyesuaikan diri dengan aktivitas ke teman bermain, dan melibatkan diri dalam permainan yang sederhana dengan anak-anak kecil atau anak-anak yang lebih tua.
Perkembangan kognitif pada bayi memiliki perbedaan-perbedaan individual dalam perkembangan kognitif bayi telah dipelajari melalui penggunaan skala perkembangan atau tes intelegensi bayi. Adalah penting untuk mengetahui apakah seorang bayi berkembang pada tingkat yang lambat , normal, atau cepat. Kalau seorang bayi berkembang pada tingkat yang lambat, beberapa bentuk pengayaan cukup penting. Akan tetapi bila seorang bayi berkembang pada suatu tahapan yang lebih maju, orang tua dapat dinasehati untuk memberi mainan yang lebih “sulit” guna merangsang pertumbuhan kognitif mereka.
Dan skala mental pda perkembangan kognitif bayi meliputi pengukuran sebagai berikut :
a.    Perhatian pendengaran dan penglihatan terhadap rangsangan yang diberikan.
b.    Manipulasi, seperti mengkombinasikan benda-benda atau menggoyang-goyangkan
c.    Suatu mainan yang dapat menghasilkan bunyi. Interaksi dengan penguji.

B. Perkembangan Kognitif
Dalam keadaan normal, pada periode ini pikiran anak berkembang secara berangsur – angsur. Jika pada periode sebelumnya, daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada periode ini daya pikir anak sudah berkembang ke arah yang lebih konkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar berada pada stadium belajar.
Piaget yakin bahwa seorang anak melalui serangkaian tahap pemikiran dari masa bayi hingga masa dewasa. Kemampuan bayi melalui tahap-tahap tersebut berasal dari tekanan biologis untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan adanya pengorganisasian struktur berpikir. Perkembangan pemikiran bayi dibagi dalam empat tahap yaitu:
a.    Tahap perkembangan sensorik motorik.
Tahap ini berlangsung dari lahir hingga kira-kira hingga usia 2 tahun dan meliputi kemajuan dalam kemampuan bayi untuk mengorganisasikan sensasi yang diterima melalui gerakan-gerakan fisik. Tahap sensorik – motorik dibagi menjadi enam subtahap yaitu :
·         Refleks sederhana ( simple reflexs) yaitu suatu subtahap sensorik motorik pertama Piaget.hal ini biasanya dilakukan pada bulan pertama setelah kelahiran. pada subtahap ini, alat dasar koordinasi sensasi dan aksi ialah melalui perilaku refleksif. Bayi mengembangkan suatu kemampuan untuk menghasilkan perilaku yang menyerupai refleks dalam ketiadaan rangsang reflektif yang jelas. Contoh : bayi dalam tahap ini dapat langsung menghisap botol susu yang didekatkan bayi.
·         Kebiasaan – kebiasaan pertama dan reaksi sirkuler primer (first habits and primary circular reactions) yaitu subtahap sensorik-motorik Piaget kedua antara usia 1 dan 4 bulan. pada subtahap ini, bayi belajar mengorganisasikan sensasi dan tipe skema atau struktur , yaitu kebiasaan-kebiasaan dan reaksi sirkuler primer. Suatu kebiasaan ialah suatu skema yang didasarkan atas satu refleks yang sederhana
Contoh : Seorang bayi pada subtahap 1 akan menghisap bila secara oral dirangsang oleh suatu botol , tetapi pada subtahap 2 ini dapat melatih isapan bahkan bila tidak ada botol muncul.
·         Reaksi sirkuler sekunder ( secondary circular reaction ) yaitu subtahap sensorik motorik ketiga Piaget yang terjadi antara usia 4 dan 8 bulan. Pada subtahap ini, bayi semakin berorientasi atau berfokus pada benda di dunia, yang bergerak di dalm keasyikan dengan diri sendiri dalam interaksi sensorik motorik. Contoh : Kesempatan menggoyang-goyangkan suatu mainan yang berbunyi kertak-kertak, misalnya dapat menakjubkan bayi dan selanjutnya akan mengulang tindakan ini dalam rangka mengalami ketakjuban, bayi meniru tindakan orang lain seperti berbicara,dll.
·         Koordinasi reaksi sirkuler sekunder ( coordination secondariy circular reaction ) yaitu subtahap sensorik motorik Piaget keempat. antara usia 8 dan 12 tahun. Pada subtahap ini, beberapa perubahan yang signifikan berlangsung meliputi koordinasi skema dan kesenjangan. Bayi dapat mengkoordinasikan dan mengkombinasikan ulang skema yang telah dipelajari sebelumnya dengan cara yang terkoordinasi.
Berkaitan dengan koordinasi ini adalah antara pencapaian kedua adanya kesenjangan(intentionality), pemisahan cara dan tujuan dalam melaksanakan perbuatan yang sederhana. Contoh : Bayi dapat menggunakan suatu tongkat ( cara )untuk meraih suatu mainan yang diinginkan di dalam jangkauan tertentu ( tujuan ).
·         Reaksi sirkuler tersier, kesenangan atas sesuatu yang baru dan keingintahuan (tertiery circular reaction, novelty and curiosity ). Subtahap sensorik – motorik kelima Piaget. Yaitu suatu skema di mana bayi dengan tujuan tertentu menjelajahi kemungkinan- kemungkinan baru pada benda-benda dan terus- menerus mengubah apa yang dilakukan terhadap benda-benda itu dan mengamati hasilnya antara usia 12 dan 18 bulan. Pada subtahap ini, bayi semakin tergugah minatnya oleh berbagai hal yang ada pada benda-benda itu dan oleh banyaknya hal yang dapat mereka lakukan pada benda-benda itu. Contoh : Balok dapat dibuat jatuh, berputar atau ditabrakan ke benda lain.
·         Internalisasi skema (Internalization of schemes) yaitu Subtahap sensorik-motorik keenam Piaget Antara usia 18 dan 24 bulan. Pada subtahap ini, fungsi mental bayi berubah dari suatu taraf sensorik-motorik murni menjadi suatu taraf simbolis dan bayi mulai mengembangkan kemampuan untuk menggunakan simbol- simbol primitif. Simbol primitif adalah representasi peristiwa yang dialami bayi melalui sensoris gambar atau kata yang terinternalisasi dalam dirinya. Contoh : Seorang anak membuka pintu pelan-pelan agar setumpuk kertas yang diletakkan di atas lantai tidak terbang kemana-mana. Dengan jelas anak memiliki suatu gambaran kertas atas kertas yang belum pernah dia lihat sebelumnya dan apa yang terjadi pada kertas itu bila pintu dibuka dengan cepat.
b.    Tahap praoperasional.
Tahap ini terjadi pada usia 18 bulan – 6 tahun. Perilaku dari tahap ini sebagai berikut :
·         Ide berdasarkan persepsinya.
·         Hanya dapatmemfokuskan pada satu variable pada satu waktu.
·         Menyamaratakan berdasarkan pengalaman terbatas.
c.    Tahap operasional konkret.
Tahap ini terjadi pada usia 6 tahun – 12 tahun. Dimana perilakunya cenderung :
·         Ide berdasarkan pemikiran.
·         Membatasi pemikiran pada benda – benda dan kejadian yang akrab.
d.    Tahap operasional formal.
Tahap ini terjadi pada usia 12 tahun atau lebih.dimana anak memiliki perilaku sebagai berikut :
·         Berpikir secara konseptual.
·         Berpikir secara hipotetis.
Menurut teori Piaget, pemikiran anak – anak  usia sekolah dasar disebut pemikiran Operasional Konkrit (Concret Operational Thought), artinya aktivitas mental yang difokuskan pada objek – objek  peristiwa nyata atau konkrit. Dalam upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari pancaindera, karena ia mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya. Dalam masa ini, anak telah mengembangkan 3 macam proses yang disebut dengan operasi – operasi, yaitu :
a)    Negasi (Negation), yaitu pada masa konkrit operasional, anak memahami hubungan - hubungan antara benda atau keadaan yag satu dengan benda atau keadaan yang lain.
b)    Hubungan Timbal Balik (Resiprok), yaitu anak telah mengetahui hubungan sebab-akibat       dalam suatu keadaan.
c)    Identitas, yaitu anak sudah mampu mengenal satu persatu deretan benda-benda yang ada.
Operasi yang terjadi dalam diri anak memungkinkan pula untuk mengetahui suatu perbuatan tanpa melihat bahwa perbuatan tersebut ditunjukkan. Jadi, pada tahap ini anak telah memiliki struktur kognitif yang memungkinkanya dapat berfikir untuk melakukan suatu tindakan, tanpa ia sendiri bertindak secara nyata.
c. Perkembangan sosioemosional pada masa bayi
Pertumbuhan dalam perkembangan bayi merupakan suatu hal yang penuh teka-teki dan pertanyaan. Ia akan menangis ketika merasa tidak nyaman dan tidak aman. Serta hanya terdiam saja ketika sebaliknya. Hal itu membuat orang bertanya-tanya sebenarnya hal apa saja yang biasa ia lakukan. Apakah dengan terdiamnya serta kebiasaanya yang selalu tidur hingga 16-17 jam perhari bayi juga bias melihat, mendengar dan merasakan  rangsangan dari sekitarnya. Sang ibu biasanya memliki permasalaha komunikasi degan bayinya. Ibu ingin  memenuhi kenyamana dan keiginan bayi sepenuhnya namun kadang kita tidak tau apa maksud dari tangisan bayi.
Pada umumnya pola emosional pada bayi meliputi kemarahan, ketakutan, rasa ingin tahu, kegembiraan, dan afeksi.
a.    Kemarahan
Pada perkembangan ini, bayi akan menjadi marah jika si bayi merasa terganggu atau terhalang – halangi gerakan- gerakan mencobanya dan tidak di ijinkan melakukan hal yang ingin ia lakukan. Bentuk marahnya di lapiaskan dengan menangis, menjerit- jerit, menendang dan membanting barang atau sesuatu yang ada didekatnya. Dengan seperti itu orangtua pasti akan merasa iba dan mengijinkannya selama itu tidak membahayakannya. Tetapi pada tahun kedua kemarahan dapat di lampiaskan dengan cara melonjak- lonjak, berguling- guling, atau dapat juga menahn nafasnya.


b.    Ketakutan
Pada masa perkembangan ini, bayi akan menjadi takut bila mendengar suara keras dari orang atau benda, di ruangan gelap dan sendirian, atau takut dengan binatang dan takut dengan tempat asing. Reaksi takut ini ditunjukkan dengan menjuhkan diri dari perangsanhg yang menakutkan, menangis dan menahan nafasnya.
c.    Rasa ingin tahu
Pada masa perkembangan ini, rasa ingin tahu ditunjukkan pada setiap mainan atau barang baru yang belum terbiasa dan belum bisa menggunakannya. Ekspresi ingin tahu diunjukkan dengan menegangkan oto dan membuka mulutnya.kemudian si bayi akan membolak- balikkan mainan atau barang tersebut atau dengan memasukkan ke dalam mulutnya.
d.    Kegembiraan
Pada masa perkembangan ini, pada bulan kedua atau ketiga si bayi akan merasa gembira atau senang bila ada yang mengajak bercanda, menggelitik, atau mengamatinya. Ungkapan rasa bahagia ini ia ungkapkan dengan tertawa, tersenyum, dan menggerakkan tangan dan kakinya. Dan si bayi seperti ingin berbicara dan seperti ingin merespon orang yang sudah mengajak bercanda.
e.    Afeksi
Pada masa perkembangan ini, setiap orang yang mengajak bayi bermain, mengurus kebutuhan jasmaninya, atau memperlihatkan afeksi akan merupakan perangsang untuk afeksi mereka. Barang atau hewan yang menjadi kesayangan keluarga mungkin dapat menjadi obyek cinta bagi mereka. Dengan itu si bayi akan mengekspresikannya dengan memeluk, menepuk, dan mencium barang tersebut.
Perkembangan emosional pada masa bayi ini, tampak sangat sederhana dan hampir tidak dapat dibedakan. Karena pada perkembangan usia, emosi dapapat berubah dengan bervariasi dan tetapi dapat dibedakan. Pada perkembangan emosi ini, bayi juga memiliki ciri- ciri antara lain:
a.    Emosi pada bayi sangat berbeda dari emosi pada periode perkembangan lainnya.
Karena dalam perkembangan emosional pada masa bayi memiliki pebedaan yang cukup menonjol dengan perkembangan dari periode selanjutnya dan sebelumnya
b.    Emosi yang terjadi pada bayi sering kali disertai dengan perilaku yang sangat hebat dari pada rangsangan yang menimbulkannya, terutama emosi marah atau takut. Emosi tersebut sering muncul tetapi bersifat sementara. Emosi ini dapat mereda atau berubah jika perhatiannya dialihkan. Misalnya dengan cara di alihkan perhatiannya sehingga tangisan atau kemarahnya dapat terlupakan.
c.    Pada emosi bayi lebih mudah untuk dibiasakan darpada periode lain.
d.    Hal ini karena terbatasnya kemampuan intelektual pada bayi sehingga mereka mudah dan cepat bereaksi terhadap rangsang yang pada waktu lalu membangkitkan emosionalnya.
e.    Emosi dapat dibedakan menjadi 2 aitu emosi yang menyenangkan dan tidak menyenangkan. Bayi akan mengalami emosi menyenangkan dan tidak menyenangkan tergantung pada kondisi fisik dan lingkungan sekitarnya. Bayi yang mengalami banyak emosi yang senang meletakkan dasar – dasar pribadi dan penyesuaian sosial ang baik dan pola perilaku yang menimbulkan kebahagiaan.
Pada masa perkembangan bayi ini juga melalui beberapa hal diantaranya yaitu:
a.     KEMATANGAN
Pada perkembangan kelenjar endokrin sangat memiliki peranan penting dalam kematangan perilaku emosianalnya. Bayi mengalami kekurangan produksi endokrin yang digunakan untuk menopang reaksi fisiologis terhadap stres. Kelenjar adrenalin yang memainkan peranan utama pada emosi mengecil secara tajam segera setelah bayi lahir.
b.    BELAJAR
Didalam perkembangan emosi ini, proses belajar lebih mudah dikendalikan dibandingkan dengan faktor kematangan. Proses belajar ini juga dapat menghilangkan pola reaksi emosional yang tidak diinginkan sebelum berkembang menjadi kebiasaan yang kuat. Sehingga bayi tidak memiliki kepribadian yang buruk jika reaksi emosional yang tidak baik atau yang tidak diinginkan dapat menjadi kepribadian diperkembangan selanjutnya. Tetapi faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi perkembangan belajar.
Pada masa perkembangan bayi bayi senang sekali jika diajak berhubungan atau berteman dengan orang lain. Misalnya diajak berbicara, bermain, dan anak juga sudah dapat memahami atau menanggapi orang lain yang sedang marah atau yang bersikap ramah. Semakin besar anak semakin membutuhkan tidak hanya kontak fisik melainkan juga kontak psikis diantaranya yaitu:
a.    Kontak fisik
 Kontak fisik dapat ditunjukkan dengan menggendong si bayi, menggandeng tangannya, menciumnya, dan mengelus rambutnya.
b.    Kontak psikis
Kontak psikis dapat ditujukkan dengan memberikan perhatian, kasih sayang yang lebih dan dorongan.
Reaksi orang- orang dewasa tersebut terhadap si anak akan dapat menambah rasa sosial anak terhadap lingkungan disekitarnya. Dengan bergaul di lingkungan sekitarnya sangat berguna bagi anak, karena dengan bergaul anak dapat mengenal pola perilaku- perilaku  dari oarang lain agar dapat membantu membentuk pola- pola baru bagi dirinya.

Beberapa perilaku penting yang sering muncul pada masa bayi, antara lain:
a.    Imitasi (peniruan)
Bayi sangat senang sekali jika meniru tingkah laku orang – orang dewasa disekelilingnya. Dan bayi juga akan menyuruh oarang dewasa untuk melakukan hal itu berulang kali sehingga membuat sibayi merasa senang. Misalnya menirukan orang tertawa, tersenyum, kata- kata sederhana, tepuk tangan dan sesuatu hal yang membuat si bayi tertawa.
b.    Shyness (perasaan malu)
Pada masa ini bayi akan merasa malu atau takut jika bertemu dengan orang yang belum ia kenal. Kadang ia akan merasa nyaman jika ia sudah lama kenal dengan orang tersebut. Sehingga ditinggal pergi sebentar saja pasti akan ikut atau menangis.
c.    Dependency (ketergantungan)
Pada masa ini, anak tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya bantuan dari orang lain terutama orangtuanya. Tanpa berhubungan dengan orang lain anak sulit untuk melangsungkan kehidupannya, misalnya mandi, makan, minum dll.
d.    Acceptance of the authority
Sang anak akan menerima kekuatan atau kekuasaan yang melebihi dirinya yang ada di luar dirinya. Hal ini hanya dikenal oleh orang yang lebih besar. Anak akan mengenal adanya orang- orang yang lebih kuat dari dirinya, sehingga anak dapat mengharapkan sesuatu dari orang tersebut.
e.    Attention seeking (perhatian akan sesuatu)
Pada masa ini timbul kemauan anak untuk mengenal lebih lanjut atas apa yang dilihat, misalnya, bemain – main kuping ibunya.
f.     Cooperation behavior
Pada masa ini anak menunjukkanya dengan tingkah laku yang dapat diwujudkannya dalam bermain bersama teman- temannya.
g.    Rivalry (persaingan dan sesistant behavior)
Bertujuan untuk menunjukkan kekuatan pada seorang anak. Dengan adanya saingan dari luar maka anak akan berusaha untuk mencobanya sendiri dan mengatasi seberapa besar kekutan dirinya untuk bersaing. Dengan mencoba kemapuannya yang berguna untuk mendorong anak agar mencoba sesuatu yang lebih baik lagi daripada sebelumnya.
















Daftar pustaka
Ayriza Yulia, dkk.2008. perkembangan peserta didik. Yogyakarta:UNY PRESS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar