Halaman

Welcome to my blog !

Selasa, 08 Januari 2013

KALAU TAK UNTUNG


oleh : Eka Pawit Martiana
Novel yang berjudul KALAU TAK UNTUNG dikarang oleh Selasih/Sariamin yang berasal dari daerah di Talu, Pasaman, Sumatra barat. Beliau mulai menulis pada umur 16 tahun dengan novel pertamanya berjudul kalau tak untung pada tahun 1933. Walaupun hanya mengecam pendidikan sekolah guru atas atau sekolah sekolah pendidikan guru tapi beliau tidak hanya mengabdikan dirinya dibidang pendidikan melainkan juga dibidang seni peran dan penulis yang membuatnya menjadi terkenal seorang sastrawan wanita pertama di Indonesia.
Dalam karangan-karanganya, baik prosa maupun puisi, ia gemar sekali melukiskan kesedihan batin dan hasrat jiwa yang tak sampai. Kesedihan itu bukanlah akibat dari adat atau kawin paksa melainkan oleh paksaan nasib.
Untuk menjadi seorang penulis dizaman penjajahan belanda sangatlah susah karena selain bentuk karya tulis dibatasi setiap penulisanya juga harus mempertanggung jawabkan dihadapan penjajah. Nama Selasih merupakan nama samaran dari Sariamin Ismail yang ditemukan oleh ibu tokoh Sariamin ketika ia berhasil menyelesaikan novel karanganya pada taun 1932. Pada tahun 1933 novel tersebut diterbitkan oleh Balai Pustaka yang merupakan penerbit terbesan dizaman dahulu dan menjadi suatu kebanggaan tersendiri. Setelah diterbitkan ternyata novel tersebut menjadi novel  favorit bagi pembaca.
 Awal mulai pembuatan novel ini dikarenakan beliau ingin mengangkat sebuah kisah percintaan dimana dalam perjalanan kisah tersebut terjadi paksaan nasib. Selain itu juga menceritakan tentang karakter tokoh Masrul dimana ia memiliki kelemahan dan keraguan dalam menentukan pilihan. Serta menceritakan pula kemalangan yang dialami oleh tokoh Rasmani.
Sinopsis Novel
Kalau Tak Untung
Rasmani dan Masrul adalah dua orang sahabat karib. Persahabatan yang dimulai sejak mereka duduk dibangku sekolah dasar itu menimbulkan perasaan lain didiri Rasmani. Diam-diam dia mencintai pemuda yang begitu menyayanginya dan memanjakanya itu. Ketika Masrul harus pindah ke Painan untuk bekerja, Rasmani dengan berat hati melepaskanya. Perasaan ini pun dirasakan oleh Masrul. Surat pertama yang diterima Rasmani dan Masrul, setelah beberapa hari mereka berpisah, membuatnya tak percaya. Guru yang mengajar di desanya ini menduga akan mendapatkan berita yang menggembirakan, tetapi yang terjadi justru sebaliknya. Dalam suratnya, Masrul mengatakan bahwa dia harus menikah dengan Aminah, anak mamaknya, dua tahun setelah ia mendapatkan banyak pengetahuan di Painan. Masrul melakukan itu karena terpaksa. Ia harus menuruti keinginan kaum kerabatnya, terutama ibunya. Demi kebaikan Masrul, Rasmani menerima sikap Masrul walaupun dengan menahan perasaannya yang sakit. Diperantauan, Masrul bekerja sebagai juru tulis. Ia mendapat tawaran dari Guru Kepala untuk menikahi anaknya yang bernama Muslina. Pada mulanya, Masrul menolak karena ternyata hati kecilnya lebih tertarik pada Rasmani yang telah lama dikenalnya. Selain itu, ia juga merasa tidak enak kepada Aminah dan kaum kerabatnya apabila ia mengingkari janjinya. Akan tetapi, karena kepintaran Guru Kepala dan istrinya itu mendesak Masrul, akhirnya Masrul menerima tawaran itu. Keputusan Masrul untuk menikah dengan Muslina membuat kaum kerabatnya kecewa dan marah besar. Perasaan Rasmani sendiri begitu kacau. ” Bagaimana hati Rasmani ketika menerima surat Masrul yang mengatakan beristri itu, tak cukup rasanya perkataan dalam bahasa yang kan mewartakanya karena ketika itulah ia tahu benar dan insyaf bahasa ia cinta kepada Masrul.” Kehidupan rumah tangga Masrul dengan Muslina yang sudah membuahkan seorang anak, ternyata tidak berjalan serasi. Keduanya sering terjadi percecokan. Hal itu disebabkan tidak dihargainya Masrul sebagai seorang suami. Akibatnya, Masrul sering tidak pulang kerumahnya. Ia menghabiskan waktunya dengan bermabuk-mabukan. Keadaan yang semakin memburuk dan tidak dan tidak ada tanda-tanda terselamatkan, membuat Masrul berpikir untuk menceraikan Muslina. Jawabanya pun tidak memuaskan hatinya sehingga keputusan cerai mutlak dilakukan. Sementara itu, Rasmani yang sudah berkeinginan untuk tidak menikah setelah pujaan hatinya menikah dengan orang lain, bertambah hancur hatinya. Ia tidak bisa melawan rasa cintanya pada Masrul walaupun berbagai usaha dilakukanya, termasuk mengizinkan Masrul menikah dengan Muslina, keputusan yang sebenarnya bertentangan dengan hati nurani. Hal ini ditambah lagi dengan pernyataan Masrul belakangan, yang mengatakan bahwa selama ini hidupnya tidak beruntung dan sebetulnya ia mencintai Rasmani. “Api yang telah hampir padam itu, mulailah kembali  memperlihatkan cahayanya, menyala makin lama, makin besar. Kenyataan yang tidak diduga oleh Rasmani dan keluarganya adalah ketika Masrul muncul di kediamanya  di Bukitinggi. Semua kejadian diceritakan oleh Masrul yang membuat Rasmani begitu sedih dengan penderitaan kekasihnya itu. Beberapa waktu kemudian, Masrul melamar Rasmani. Namun, sebelum mewujudkan pernikahanya, ia meminta izin untuk mencari pekerjaan terlebih dahulu karena sebelumnya ia telah mengundurkan diri dari pekerjaanya di Painan. Masrul ingin mencari pekerjaan di Medan, dengan harapan akan lebih cepat bekerja dengan bantuan adik Engku Rasad, teman baiknya di Painan. Akan tetapi sampai beberapa bulan lamanya, Masrul belum juga mendapatkan pekerjaan dan berita keadaan dirinya tak pernah dikabarkan kepada Rasmani. Hal ini membuat Rasmani berkecil hati dan menganggap Masrul tidak setia. Rasa putus asa Rasmani bertambah-tambah setelah Masrul mengatakan bahwa Rasmani tidak usah menunggunya kalau ada orang lain mencintainya, dalam suratnya yang datang kemudian. Keputusan Masrul itu membuat Rasmani jatuh sakit. Rupanya sakit Rasmani yang hmpir sembuh dengan kedatangan  Dalipah, kakaknya yang selalu mendampinginya dalam kesedihan, kambuh lagi karena dikabarkan bahwa Masrul berhasil mendapatkan pekerjaan dan membatalkan keputusan yang dulu disampaikan kepada Rasmani melalui surat yang datang menyusul. “Surat yang membawa kabara baik itu rupanya lebih mengejutkan Rasmani dan lebih merusakan jantungnya yang telah luka itu, dari surat yang dahulu. Rasmani akhirnya meninggal tanpa disaksikan Masrul yang datang terlambat.

Unsur-unsur Intrinsik novel
v  Tema dari novel ini adalah pendidikan dan kesukaran hidup.
v  Berlatarkan didaerah Bukittinggi (Sumatra) , Painan, dan Medan.
v  Alur yang digunakan adalah alur maju yaitu alur yang apabila peristiwa bergerak secara bertahap berdasarkan urutan kronologis menuju alur cerita. Dikisahkan seorang gadis kecil bernama Rasmani tinggal bersama orang tua, kakak, dan adiknya di sebuah desa terpencil. Mereka hidup sangat berkekurangan dan dijauhi oleh penduduk sekitar. Ia memiliki seorang sahabat bernama Masrul. Rasmani sudah menganggap Masrul sebagai seorang kakak.Ketika mereka beranjak remaja, Masrul merantau ke Painan untuk mencari pekerjaan. Rasmani dan Masrul sama-sama merasa kehilangan, meskipun mereka tidak menyadarinya. Bahkan ketika Masrul ditunangkan dengan seorang gadis bernama Aminah, keduanya semakin sedih.
Di Painan, Masrul jatuh cinta pada seorang gadis bernama Muslina karena kecantikan dan kekayaan orang tua Muslina. Hingga akhirnya, ia menikah dengan Muslina dan memutuskan pertunangannya dengan Aminah, serta berusaha melupakan Rasmani meskipun ia tidak bisa. Mendengar berita pernikahan itu Rasmani semakin sedih, meskipun ia tak menunjjukkan perasaannya itu kepada Masrul.Beberapa tahun kemudian Masrul bercerai dengan Muslina karena banyaknya masalah keluarga. Masrul kembali ke desanya dan disambut hangat oleh Rasmani dan keluarganya. Masrul pun memberanikan diri untuk menyatakan cintanya kepada Rasmani. Rasmani yang sangat mencintai Masrul tidak menolak. Namun, Rasmani yang terus mengalami depresi berat karena kekasihnya itu, mulai melemah dan sakit-sakitan. Hingga akhirnya, ia meninggal. Sebelum meninggal, Rasmani berpesan kepada Masrul bahwa ia sangat mencintai Masrul.
v  Perwatakan tokoh dalam novel ini beragam seperti tokoh Masrul yang tidak mempunyai pendirian. Tokoh Rasmani setia dan sabar dalam menjalani hidupnya. Tokoh ayah Rasmani,seorang ayah yang bertanggung jawab. Tokoh mamak Rasmani, tidak mampu melaksanakan peran mamak sebagaimana yang terdapat dalam adat. Tokoh mamak Masrul, egois namun dengan keogiasanya itu berusaha memberikan yang terbaik untuk Masrul. Tokoh Engku Jaksa,prihatin pada masalah Masrul. Tokoh Engku Guru gedang, jadikan Masrul sebagai penghilang malu keluarga. Tokoh Engku Rahman, prihatin dengan masalah Masrul. Tokoh Engku Guru Rasad, seorang lelaki yang bertanggung jawab dan ada sifat kepemimpinan.
v  Amanat dari novel ini adalah bahwa cinta tidak dapat memisahkan 2 orang yang saling mencintai hingga ajal menjemput, kita harus bersikap baik pada semua orang, kita tidak boleh tertarik pada orang lain karena harta dan kecantikan saja, bertegaslah pada satu pendirian, bersabarlah dalam kita menghadapi masalah seberat apapun itu.
v  Sudut pandang yang digunakan pada novel ini adalah sudut pandang orang ketiga karena menggunakan kata Ia. Sedangkan kata ia merupakan bagian dari sudut pandang orang ketiga.
v  Gaya bahasa yang digunakan pada novel ini adalah bahasa melayu dimana bahasa tersebut banyak digunakan di daerah Sumatra. Sehingga satu dua kata bahasa kurang dipahami oleh pembaca.

2 komentar: