oleh : Eka Pawit Martiana
I.
Pendahuluan
a.Latar
Belakang
Kita sepakat
bahwa pendidikan merupakan
sesuatu yang tidak asing bagi kita,
terlebih lagi karena
kita bergerak di
bidang pendidikan. Juga
pasti kita sepakat bahwa
pendidikan diperlukan oleh semua orang.
Bahkan dapat dikatakan bahwa pendidikan ini
dialami oleh semua
manusia dari semua
golongan. Tetapi seringkali orang
melupakan makna dan
hakikat pendidikan itu
sendiri. Layaknya hal lain
yang sudah menjadi
rutinitas, cenderung terlupakan
makna dasar dan hakikatnya.
Karena itu
benarlah kalau dikatakan
bahwa setiap orang
yang terlihat dalam dunia
pendidikan sepatutnyalah selalu
merenungkan makna dan
hakikat pendidikan,
merefleksikannya di tengah-tengah
tindakan/aksi sebagai buah refleksinya. Makalah singkat
ini mencoba mengungkap makna
education, Tarbiyah, pendidikan
yang terkadang dimaknai
secara sempit. Makalah
ini akan memberikan gambaran
perbedaan makna tarbiyah, ta‟lim,
tadris, tahdzib, Ta‟dib dan tadrib dengan
menampilkan
pendapat-pendapat para pakar pendidikan baik literatur barat
maupun timur. Pembahasan
makalah ini dimulai
dengan pengertian pendidikan dari
tinjauan etimologis dan
terminologis untuk mengantarkan
pembahasan pada hakikat pendidikan.
II. Pengertian Pendidikan
Makna pendidikan secara sederhana
dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai
dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya. Dengan demikian,
bagaimanapun sederhananya peradaban
suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses
pendidikan. Karena itulah sering dinyatakan pendidikan telah ada sepanjang
peradaban umat manusia. Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha manusia
melestarikan hidupnya. Pendidikan
menurut pengertian Yunani adalah “pedagogik” yaitu ilmu menuntun anak,
orang Romawi memandang pendidikan sebagai “educare”, yaitu
mengeluarkan dan menuntun,
tindakan merealisasikan potensi
anak yang dibawa dilahirkan di dunia. Bangsa Jerman
melihat pendidikan sebagai “Erzichung” yang setara dengan
educare, yakni membangkitkan
kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan/potensi anak.
Dalam bahasa Jawa
pendidikan berarti
panggulawentah (pengolahan), mengolah,
mengubah, kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran
dan watak, mengubah
kepribadian sang anak.
Sedangkan menurut Herbart pendidikan
merupakan pembentukan peserta
didik kepada yang diinginkan sipendidik yang diistilahkan dengan
Educere.( M.R. Kurniadi,STh;1) Dalam
kamus besar Bahasa
Indonesia, pendidikan berasal
dari kata dasar “didik” (mendidik), yaitu memelihara
dan memberi latihan (ajaran pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Sedangkan pendidikan mempunyai pengertian proses pengubahan dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan latihan, proses perluasan, dan cara mendidik. Ki Hajar
Dewantara mengartikan pendidikan
sebagai upaya untuk memajukan budi
pekerti, pikiran serta
jasmani anak, agar
dapat memajukan kesempurnaan hidup
dan menghidupkan anak
yang selaras dengan
alam dan masyarakatnya.
1. Tinjauan
Etimologis
Istilah
pendidikan, menurut Carter V. Good dalam “Dictionary of Education” dijelaskan
sebagai berikut:
a. Pedagogy: 1. The
art, practice of profession of teaching “seni, praktik atau profesi sebagai
pengajar (pengajaran)
2. The sistematized
learning or instruction
concerning principles and methods
of teaching and
of student control and guidance;
lagerly replaced by the term of education.
“ilmu yang sistematis
atau pengajaran yang berhubungan
dengan prinsip-prinsip dan metode-metode mengajar
pengawasan dan bimbingan murid
dalam arti luas
diartikan dengan istilah pendidikan”
b.
Education:
1. proses
perkembangan pribadi;
2. proses
sosial;
3. profesional
cources;
4. seni untuk
membuat dan memahami
ilmu pengetahuan yang tersusun
yang diwarisi/dikembangkan generasi bangsa.
Dalam bahasa Arab pendidikan disebut Tarbiyah yang diambil dari
Rabba yang bermakna memelihara ,
mengurus, merawat, mendidik. Dalam literatur-literatur berbahasa
Arab kata Tarbiyah
mempunyai bermacam macam definisi
yang intinya sama
mengacu pada proses pengembangan potensi
yang dianugrahkan pada
manusia. Definisi-definisi itu
antara lain sebagai berikut:
1. Tarbiyah
adalah proses pengembangan
dan bimbingan jasad,
akal dan jiwa yang
dilakukan secara berkelanjutan
sehingga mutarabbi (anak
didik) bisa dewasa dan mandiri
untuk hidup di tengah masyarakat.
2. Tarbiyah adalah
kegiatan yang disertai
dengan penuh kasih
sayang, kelembutan hati, perhatian
bijak dan menyenangkan; tidak membosankan.( Al-Maraghi, Juz V; 34)
3. Tarbiyah
adalah proses yang
dilakukan dengan pengaturan
yang bijak dan dilaksanakan secara bertahap dari yang
mudah kepada yang sulit.
4. Tarbiyah adalah
mendidik anak melalui
penyampaian ilmu, menggunakan metode yang
mudah diterima sehingga
ia dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari (Fathul Bari Jilid I; 162 )
5. Tarbiyah adalah
kegiatan yang mencakup
pengembangan, pemeliharaan, penjagaan, pengurusan,
penyampaian ilmu, pemberian
petunjuk, bimbingan,
penyempurnaan dan perasaan memiliki
terhadap anak didik. (Al-Maraghi jilid III: 79). Dalam definisi –definisi di atas
tersirat unsur-unsur pembelajaran yaitu ta‟lim dan tadris
(Instruction ) tahdib dan ta‟dib (penanaman akhlak
mulia) dan Tadrib (Taining –
pelatihan).
Tinjauan
Terminologis
a.Ki Hajar
Dewantara mengartikan pendidikan
sebagai upaya untuk
memajukan budi pekerti, pikiran
serta jasmani anak, agar
dapat memajukan kesempurnaan hidup dan
menghidupkan anak yang
selaras dengan alam
dan masyarakatnya. Lebih lanjut
beliau ( Kerja Ki
Hajar Dewantara
1962:14)menjelaskan bahwa “Pendidikan
umumnya berarti daya
upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti
( kekuatan batin,
karakter),pikiran (intellect) dan
tubuh anak; dalam pengertian Taman
Siswa tidak boleh
dipisah-pisahkan bagian-bagian itu,
agar supaya kita dapat
memajukan kesempurnaan hidup,
yakni kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik
selaras dengan dunianya “. Beliau
lebih lanjut mejelaskan
bahwa pendidikan harus mengtamakan
aspek-aspek berikut:
1. 1.Segala
alat, usaha dan cara pedidikan harus sesuai dengan kodratnya keadaan
2. 2.Kodratnya keadaan
itu tersimpan dalam adat-istiadat
setiap rakyat, yang
oleh karenanya bergolong-golong
merupakan kesatuan dengan sifat
prikehidupan sendiri-sendiri,
sifat-sifat mana terjadi dari
bercampurnya semua usaha
dan daya upaya untuk mencapai
hidup tertib damai.
3. 3.Adat istiadat,
sebagai sifat peri kehidupan atau sifat
percampuran usaha dan daya
upaya akan hidup
tertib damai itu tiada
terluput dari pengaruh
zaman dan tempat.; oleh karena
itu tidak tetap senantiasa berubah.
4. 4.Akan mengetahui
garis-hidup yang tetap
dari sesuatu bangsa
perlulah kita mempelajari zaman
yang telah lalu
5. Pengaruh baru
diperoleh karena bercampurgaulnya bangsa
yang satu dengan yang lain,percampuran mana sekarang
ini mudah sekali terjadi disebabkan adanya hubungan modern.Haruslah waspada
dalam memilih mana
yang baik untuk menambah kemuliaan hidup kita dan mana
yang akan merugikan. Itulah diantara pikiran- pikiran
beliau yang sangat sarat dengan nilai.
b.Menurut buku “Higher Education For America
Democracy”: Education is an institution of
civilized society, but
the purposes of
education are not
the same in all societies, an educational system finds
it‟s the guiding principles and ultimate goals in the aims and philosophy of
the social order in which it functions (11: 5) “pendidikan alah suatu lembaga
dalam tiap-tiap masyarakat yang
beradab, tetapi tujuan pendidikan
tidaklah sama dalam
setiap masyarakat. Sistem pendidikan suatu
masyarakat (bangsa) dan
tujuan-tujuan pendidikannya
didasarkan atas prinsip-prinsip (nilai)
cita-cita dan filsafat yang berlaku dalam suatu masyarakat (bangsa)”.
c.Menurut Prof. Richy dalam buku “Planing for
Teaching and Introduction
to Education”: The term “education”
refers to the
broad function of
preserving and inproving the life
of the group through bringing new members into its shared concerns. Education
is thus a
far broader process
thah that which
accurs in schools. It is an
essential social activity by
which communicaties continue
to exist in complex
communicaties this function
is specialized and institutionalized in formal education,
but there is always the education outside the school with wich the formal
process in related (12: 489) “Istilah pendidikan berkenaan dengan fungsi yang
luas dari pemeliharaan dan perbaikan
kehidupan suatu bangsa
(masyarakat) terutama membawa warga masyarakat yang
baru (generasi muda)
bagi penunaian kewajiban
dan tanggung jawabnya di dalam masyarakat. Jadi pendidikan adalah suatu
proses yang lebih luas
daripada proses yang
berlangsung di dalam
sekolah saja. Pendidikan adalah
suatu aktivitas sosial
yang esensial yang
memungkinkan masyarakat yang kompleks
dan modern. Fungsi pendidikan
ini mengalami proses spesialisasi
dan melembaga dengan
pendidikan formal, yang
tetap berhubungan dengan proses pendidikan formal di luar sekolah.
d.Prof. Lodge dalam buku “Philosophy of
Education”: The word “education”
is used, sometimes
in a wider,
sometimes in a narrower, sense. In the wider sense, all
experienceis said to the educative and life is education and education is life.
“Perkataan pendidikan kadang-kadang dipakai dalam pengertian yang luas dan
pengertian sempit. Dalam
pengertian luas pendidikan
adalah semua pengalaman, dapat
dikatakan juga bahwa
hidup adalah pendidikan
atau pendidikan adalah hidup”. In
the narrower sense
“education is restricted
to that function
of the community which
consists in passing
in its traditions
its background and
its outlook to the members of the rising generation. “Pengertian pendidikan
secara sempit adalah pendidikan
dibatasi pada fungsi tertentu di
dalam masyarakat yang
terdiri atas penyerahan
adat istiadat (tradisi) dengan
latar belakang sosialnya,
pandangan hidup masyarakat
itu kepada warga masyarakat generasi berikutnya.
e.Menurut
Brubacher dalam bukunya “Modern Philosophies of Education”: “Education should
be thought of as the process of mans reciprocal adjusment to nature to his
follows and to the ultimates nature of the cosmos. “Pendidikan diartikan sebagai proses timbal balik dari setiap pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya dengan
alam, dengan teman dan alam semesta. Education
is the organized development
and equipment of all the
power of human being, moral,
intellectual, and physical, by and for their individual and social uses,
directed to word the union of these activities with their creator as their
final end. “Pendidikan merupakan pula
perkembangan yang terorganisasi
dan kelengkapan dari semua
potensi manusiawi, moral,
intelektual dan jasmani oleh
dan untuk kepribadian
individunya serta kegunaan masyarakatnya
yang diarahkan demi menghimpun
semua aktivitas tersebut
bagi tujuan hidupnya”.
III. Fenomena Pendidikan Indonesia
Bagi orang-orang
yang berkompeten terhadap
bidang pendidikan akan menyadari bahwa pendidikan kita sampai
saat ini masih mengalami “sakit”. Dunia pendidikan yang
sakit ini disebabkan
karena pendidikan yang
seharusnya membuat manusia menjadi
manusia, tetapi dalam
kenyataannya seringkali tidak demikian. Seringkali
kepribadian manusia cenderung
direduksi oleh sistem pendidikan yang ada. Masalah pertama
adalah bahwa pendidikan
di Indonesia menghasilkan “manusia robot”. Kami katakan
demikian karena pendidikan yang diberikan
ternyata berat sebelah
atau tidak seimbang. Pendidikan ternyata
mengorbankan keutuhan,
kurang seimbang antara
belajar yang berpikir
(kognitif) dan perilaku belajar yang merasa (afektif). Jadi
unsur integrasi cenderung semakin hilang, yang terjadi adalah disintegrasi.
Masalah kedua, sistem pendidikan yang top down (dari atas ke
bawah) atau kalau
menggunakan istilah Paula
Freire (tokoh pendidik Amerika Latin) adalah pendidikan gaya bank. Sistem pendidikan ini
sangat tidak membebaskan
karena peserta didik dianggap sebagai manusia yang
tidak tahu apa-apa. Masalah ketiga, model
pendidikan yang hanya
diorientasikan kepada manusia yang
dihasilkan pendidikan ini hanya
siap untuk memenuhi
kebutuhan zaman dan bukannya bersikap kritis terhadap zamannya.
Manusia sebagai objek
(wujud dehumanisasi)
merupakan fenomena yang justru
bertolak-belakang dengan visi
humanisasi, menyebabkan manusia tercerabut dari
akar-akar budayanya. Mampukah
kita menjadikan lembaga pendidikan sebagai
sarana interaksi kultural
untuk membentuk manusia
yang sadar akan tradisi dan kebudayaan serta keberadaan masyarakatnya
sekaligus juga mampu menerima dan
menghargai keberadaan tradisi, dan
budaya situasi masyarakat lain.
Dalam hal ini,
makna pendidikan menurut
Ki Hajar Dewantara menjadi sangat toleran untuk
direnungkan.
IV.
Hakikat Pendidikan
Pendidikan merupakan transfer of
knowledge, transfer of
value dan transfer of culture
and transfer of
religius yang semoga diarahkan pada upaya untuk memanusiakan manusia.
Hakikat proses pendidikan
ini sebagai upaya
untuk mengubah perilaku individu atau
kelompok agar memiliki
nilai-nilai yang disepakati berdasarkan agama, filsafat,
ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya
dan pertahanan keamanan.
Menurut pandangan Paula
Freire pendidikan adalah
proses pengaderan dengan hakikat
tujuannya adalah pembebasan.
Hakikat pendidikan adalah kemampuan untuk mendidik diri sendiri.
Dalam konteks ajaran
Islam hakikat pendidikan
adalah mengembalikan nilai-nilai
ilahiyah pada manusia
(fitrah) dengan bimbingan
Alquran dan as-Sunnah (Hadits) sehingga menjadi manusia
berakhlakul karimah (insan kamil) Dengan demikian hakikat pendidikan adalah sangat ditentukan
oleh nilai-nilai, motivasi
dan tujuan dari
pendidikan itu sendiri.Maka hakikat
pendidikan dapat dirumuskan sebagi berikut :
1. Pendidikan merupakan
proses interaksi manusiawi
yang ditandaikeseimbangan antara
kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidik;
2. Pendidikan
merupakan usaha penyiapan subjek didik
menghadapi lingkungan yang
mengalami perubahan yang semakin pesat;
3. Pendidikan
meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat;
4. Pendidikan berlangsung
seumur hidup;Pendidikan merupakan
kiat dalam menerapkan
prinsip-prinsip ilmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar