By : Eka Pawit Martiana
5 mei 2012, aku mengisi liburan
tengah semester dengan pengalaman yang baru dimana aku berpetualang di sebuah gunung yang berada di daerah purbalingga jawa tengah yaitu gunung slamet. Jam 6 kami berkumpul dan jam 7 kami memulai
perjalanan. Dimulai dengan perjalanan yang sangat jauh aku dan rombongan
menikmati perjalan dengan penuh semangat meskipun dijalan aku sering mengeluh
karena cape duduk kelamaan. Dalam perjalan kami sempat terpisah dengan
rombongan lain yang membuat kita saling tunggu menunggu, namun ternyata
rombongan yang kami kira tertinggal sudah ada didepan yang sama saja sedang
menunggu kami. Rombongan kami itu berjumlah 23 orang. 6 orang cewe dan 17
orang cowo. Kami menikmati sekali
perjalanan itu dimana banyak sekali pemandangan yang memukau dan sayang jika
dilawatkan. Apalagi ketika kami sampai di daerah baturaden. Huh, air yang
mengalir dari kaki gunung itu sangat sangat indah, rasanya tuh pengen banget
nyebur, tapi bbrrrr dingin cuy, belum nyentuh airnya aja udaranya dah dingin.
Tapi lo gag nyempetin buat main main ma tuh air bakalan nyesel deh, heeeeeeee rasanya
udah cukup deh main airnya kami harus nerusin perjalan soalnya takut kemaleman
nanti.
Pas kami sampai didepan pintu masuk baturaden, sempat ada trobel dikit, petugasnya melarang kami untuk melewati jalur itu katanya jembatan yang mau menuju kegunung slamet itu longsor. Namun kami gag mungkin kan balik lagi lewat jalur lain, uuughh butuh waktu berjam jam lagi. Akhirnya kami tetap memaksa masuk yang akhirnya diijinkan dengan perjanjian jika ada apa apa bukan tanggung jawab petugasnya. Ok kami setuju itu, kemudian kami pun mekanjutkan perjalanan itu. Di sana kami mengalami perjalanan yang seru dan mengasikan, dihibur dengan rasa histeris, dengan jalan-jalan berliku ditambah lagi yang membuat adrenalin kami naik ketika kami sadar bahwa jalan berliku yang kami lalui itu dihimpit oleh jurang di kanan-kirinya, tak lama kemudian kami sampai pada jembatan yang menjadi satu-satunya penghubung jalan ke gunung Slamet, alngkah kagetnya kami melihat jembatan itu tidak bisa dilalui, karna jembatan itu rusak akibat bencana longsor, dan sedang direnovasi. Akhirnya, dengan tidak ada pilihan lain kami melewati jalan darurat, dengan menggarisbawahi darurat dan jalan, sudah terbayang yang ada hanyalah ketidaknyamanan yang berbentuk tantangan, setelah kami menaklukan tantangan dengan semangat kami yang sebesar gunung Slamet, sampailah kami semua di basecamp.
Pas kami sampai didepan pintu masuk baturaden, sempat ada trobel dikit, petugasnya melarang kami untuk melewati jalur itu katanya jembatan yang mau menuju kegunung slamet itu longsor. Namun kami gag mungkin kan balik lagi lewat jalur lain, uuughh butuh waktu berjam jam lagi. Akhirnya kami tetap memaksa masuk yang akhirnya diijinkan dengan perjanjian jika ada apa apa bukan tanggung jawab petugasnya. Ok kami setuju itu, kemudian kami pun mekanjutkan perjalanan itu. Di sana kami mengalami perjalanan yang seru dan mengasikan, dihibur dengan rasa histeris, dengan jalan-jalan berliku ditambah lagi yang membuat adrenalin kami naik ketika kami sadar bahwa jalan berliku yang kami lalui itu dihimpit oleh jurang di kanan-kirinya, tak lama kemudian kami sampai pada jembatan yang menjadi satu-satunya penghubung jalan ke gunung Slamet, alngkah kagetnya kami melihat jembatan itu tidak bisa dilalui, karna jembatan itu rusak akibat bencana longsor, dan sedang direnovasi. Akhirnya, dengan tidak ada pilihan lain kami melewati jalan darurat, dengan menggarisbawahi darurat dan jalan, sudah terbayang yang ada hanyalah ketidaknyamanan yang berbentuk tantangan, setelah kami menaklukan tantangan dengan semangat kami yang sebesar gunung Slamet, sampailah kami semua di basecamp.
Karena ujan, jadi pendakian
ditunda sampai ujan reda. Ketika ujan reda kami pun memulai pendakian itu.
Dalam perjalan banyak sekali kejadian kejiadian yang mengundang tawa, namun tak
luput kami pun diguyur hujan yang membuat kita basah kuyup dan terkadang kami pun terpleset karena jalan yang sangat licin. Uuggh,,, ternyata
semakin kami masuk kedalam hutang gunung slamet jalanya semakin terjal dan
susah sekali untuk jalan karena air yang mengalir sangat deras mana ujan tuh
gag reda – reda malah semakin deras. Ketika kami sampai di pos satu kami
memutuskan untuk beristirahat dan menunggu
sampai ujan reda. Dari pos satu
itu memperlihatkan sebuah pemandangan yang sangat indah dimana ketika hujan
reda dan cuaca berubah menjadi cerah terlihatlah bintang bintang yang berasal
dari kelap – kelipnya lampu di perkotaan dan desa di bawah kaki gunung. Rasanya
enggan untuk beranjak dari taempat itu,
namun kami harus melanjutkan perjalanan yang masih jauh itu. Pos demi pos kita
lalui dengan susah payah karena hujan pun turun lagi. Malam semakin larut dan kabut
yang mulai turun menutupi jarak pandang kami. Selain itupun kami sudah sangat
lelah dan ngantuk tapi pos lima masih sangat jauh. Dengan susah payah kami
terus berjalan dan berjalan dengan susah payah dan sia – sia tenaga kami. Tanpa
kami sadari ternyata jam sudah menunjukan pukul 3.40 pagi dan kami sudah sampai
di pos 5. Dipos 5 kami beristirahat yang cukup demi mempersiapkan untuk
pertualangan selanjutnya. Kami pun mendirikan tenda, di pos ini ternyata bukan
hanya rombongan kami saja namun ada pula rombongan dari semarang yang sudah
lebih dulu sampai. Ada kejadian yang sangat lucu saat itu, ketika
kami sedang beristirahat di dalam tenda tanpa sengaja kami mendengar suara dari
tenda lain yang ternyata itu tenda dari rombongan pendaki asal semarang. Ada
yang kentut dari tenda itu, suaranya tak lebih dari kata sangat cukup membuat semuanya bergetar
dan memecahkan tawa dari orang – orang yang ada di situ. Yang sangat
menggelikan lagi itu ketika kami tertawa terbahak – bahak, tendanya tanpa ada aba – aba roboh begitu saja
yang membuat kami semakin tak kuasa menahan tawa yang membuat perut kami sakit.
Secara tidak langsung insiden ini cukup mengobati rasa lelah kami. Sampai pukul
9 pagi kami berencana untuk melanjutkan perjalan kamu untuk sampai puncak
gunung. Awalnya aku tuh gag yakin kalo aku mampu sampai puncak dan memilih
tinggal di tenda, namun teman teman membujuku supaya aku ikut dengan mereka.
Dengan rasa kurang yakin aku pun
mengikuti langkah kaki mereka. Namun keindahan alam yang menakjupkan membuat
semangatku 45, sungguh indah dimana kami melihat desa, kota , pegunungan, laut
pokoknya dapat melihat semua yang ada di bawah sana. Saat itu kami berada di
atas awan, sungguh luar biasa ALLAH menciptakan alam seindah ini untuk kami.
Dalam hatiku tak henti - hentinya berucap syukur “ terimakasih ya ALLAH engkau
telah ciptakan alam seindah ini dan terimakasih karena engkau telang
mengijinkanku untuk melihat keindahan ini.” Tanpa sadar didalam hatiku tertanam
sebuah rasa cinta pada alam. Entah mengapa perjalan ke puncak ini aku tak
selelah perjalanan sebelumnya. Mungkin itu karena keindahan alam yang tak
sengaja menghibur kami semua, apalagi disekeliling kami terdapat bunga
edelweiss yang bermekaran kami serasa di kebun bunga deh. Semakin mendekati
puncak tuh jalanya semakin terjal dan berbatu yang membuat kami susah untuk
berjalan apalagi angin yang bertiup kencang, udaranya pun mulai bikin kami
bernafas kami kembang kempis, mungkin itu karena kurangnya oksigen. Akhirnya
puncak pun kami capai, rasanya aku ingin teriak sekeras – kerasnya kalau
seorang thyan tuh bisa sampai puncak gunung slamet. Sungguh istimewa
pokoknya!!!!!! Banyak hal yang kami lakukan di sana dari kami saling narsis
narsis ria kami juga mendokumentasikanya dalam bentuk video. Ketika kami sedang
asik menikmati keindahan yang ada, rekan kami ada yang mengajak kami untuk
kembali ke pos lima dimana tempat kami camp tadi. Katanya kabutnya mulai turun
dan takutnya jika terjadi badai kabut. Kami semua pun mulai kembali ke pos
lima. Karena menurun dan terjal akhirnya banyak dari kami yang memutustkan
untuk melorot saja, soalnya lo jalan berdiri itu takut karena sangat terjal dan
curam. Ketika kami sampai di melintas dimana bunga edelweiss tumbuh kami sempat
memetiknya untuk kenang – kenangan. Sesampainya kami di pos 5 kami langsung
berkemas – kemas untuk kembali ke bacecamp. Ternyata menuruni gunung itu
rasanya lebih cepat dari pada waktu mendakinya. Apalagi jalanan yang licin
karena rintik – rintik hujan senantiyasa
menemani perjalan pulang kami. Seringkali
dari kami yang jatuh kepleset, membuat baju kami kotor sekali. Kami pun
kemalaman pas kami hamper sampai yaitu pas dhutan pinus, namun disana kami
dijamu dengan sinar bulan yang sangat indah sekali. Posisi bulan itu terasa
dekat sekali dengan kami sehingga bulan terasa berada tepat diatas kami. Kami
menikmati sekali perjalan itu yang tanpa sadar bahwa kami sudah sampai
bacecamp. Karena kemalaman kami berniat untuk bermalam di bacecamp dan akan
pulang di esok hari. Jam 5 pagi kami melakukan perjalan pulang dan jam 8 kami sampai rumah. Akupun kembali ke gunung slamet itu bersama mimpi
dalam lelapku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar